Penghinaan Simbol Negara Jadi Sorotan Publik
Kasus penghinaan terhadap lagu kebangsaan Indonesia Raya kembali menyita perhatian publik. Kali ini, pelakunya bukan figur dewasa atau aktor politik, melainkan dua remaja di bawah umur yang terlibat konflik di dunia maya. Video yang memuat parodi instrumental dan lirik tidak pantas terhadap lagu kebangsaan Indonesia tersebut sempat viral dan memicu kemarahan masyarakat luas.
Menanggapi kegaduhan itu, aparat penegak hukum Indonesia dan Malaysia bergerak cepat. Kolaborasi lintas negara pun dilakukan untuk mengungkap dan menghentikan penyebaran konten yang dianggap melecehkan simbol kedaulatan negara.
Dua Remaja, Dua Negara, Satu Kasus Siber
Dalam pengungkapan kasus ini, Polri melalui Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim menangkap seorang remaja berinisial MDF (16) di Cianjur, Jawa Barat. MDF diketahui sebagai pembuat sekaligus penyebar video penghinaan Indonesia Raya.
Sementara itu, Polis Diraja Malaysia (PDRM) mengamankan seorang anak berusia 11 tahun berinisial NJ di Sabah, Malaysia. NJ merupakan Warga Negara Indonesia yang tinggal bersama orang tuanya yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di wilayah tersebut.
Kedua remaja ini diketahui saling mengenal melalui dunia maya dan kerap berkomunikasi secara daring. Namun, hubungan pertemanan itu berubah menjadi konflik personal yang berujung pada tindakan melanggar hukum.
Berawal dari Pertengkaran Digital
Berdasarkan keterangan resmi kepolisian, konflik bermula dari pertengkaran antara MDF dan NJ di ruang digital. Emosi yang tak terkendali membuat MDF membuat video parodi lagu Indonesia Raya dengan mengganti lirik lagu menggunakan nama NJ, lengkap dengan nomor telepon dan penanda lokasi Malaysia.
Tujuan awal MDF diduga untuk menyerang secara personal. Namun, karena yang digunakan adalah lagu kebangsaan, dampaknya meluas menjadi isu nasional. Video tersebut kemudian disebarluaskan melalui media sosial dan menarik perhatian publik Indonesia maupun Malaysia.
Ironisnya, hasil penyelidikan juga menunjukkan bahwa NJ turut terlibat. Ia disebut ikut membuat kanal YouTube dan mengedit video dengan menambahkan visual yang bersifat menghina, termasuk gambar hewan tertentu yang memicu kemarahan warganet.
Kolaborasi Penegakan Hukum Lintas Negara
Kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana kejahatan siber tidak mengenal batas wilayah. Koordinasi antara aparat Indonesia dan Malaysia dilakukan untuk memastikan penanganan berjalan sesuai hukum masing-masing negara.
Barang bukti yang diamankan dari MDF meliputi telepon genggam, kartu SIM, perangkat komputer, serta dokumen kependudukan. Karena pelaku masih di bawah umur, proses hukum dilakukan dengan pendekatan khusus sesuai undang-undang perlindungan anak.
Pihak kepolisian menegaskan bahwa langkah hukum ini bukan semata-mata untuk menghukum, tetapi juga sebagai bentuk edukasi agar generasi muda memahami batasan kebebasan berekspresi di ruang digital.
Reaksi Publik dan Pentingnya Nasionalisme Digital
Kasus ini memantik diskusi luas di masyarakat mengenai literasi digital dan nasionalisme generasi muda. Banyak pihak menilai bahwa rendahnya pemahaman tentang makna simbol negara membuat anak-anak dan remaja rentan melakukan pelanggaran serius tanpa menyadari konsekuensinya.
Di era media sosial, konten dapat menyebar dalam hitungan menit dan berdampak besar. Lagu kebangsaan bukan sekadar musik, melainkan simbol persatuan, sejarah perjuangan, dan identitas nasional. Pelecehan terhadapnya dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap negara dan rakyat.
Pakar komunikasi digital menilai kasus ini harus menjadi momentum untuk memperkuat pendidikan karakter, etika bermedia sosial, serta pemahaman hukum sejak dini.
Pendekatan Edukatif bagi Anak di Bawah Umur
Karena kedua pelaku masih anak-anak, aparat penegak hukum menegaskan pendekatan yang digunakan tidak semata represif. Proses pembinaan, pendampingan psikologis, serta peran keluarga menjadi aspek penting dalam penanganan lanjutan.
Pemerintah dan lembaga pendidikan diharapkan dapat mengambil pelajaran dari kasus ini dengan memasukkan materi literasi digital, etika daring, dan wawasan kebangsaan dalam kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Pelajaran dari Kasus Indonesia Raya
Kasus penghinaan lagu Indonesia Raya oleh dua remaja ini menunjukkan betapa konflik kecil di dunia maya bisa berkembang menjadi persoalan besar yang menyentuh martabat bangsa. Media sosial memang memberi ruang berekspresi, tetapi juga menuntut tanggung jawab moral dan hukum.
Kolaborasi Polri dan PDRM membuktikan bahwa penegakan hukum siber lintas negara bukan hal mustahil. Di sisi lain, masyarakat diingatkan untuk tidak mudah terpancing emosi, tidak menyebarkan ulang konten bermasalah, dan selalu mengedepankan verifikasi.
Kesimpulan
Pengungkapan kasus ini menjadi peringatan keras bahwa penghinaan terhadap simbol negara, apa pun motifnya, memiliki konsekuensi serius. Lebih dari itu, kasus ini menegaskan pentingnya membangun nasionalisme digital di kalangan generasi muda—nasionalisme yang tidak hanya ditunjukkan di dunia nyata, tetapi juga dijaga di ruang virtual.
Dengan edukasi yang tepat, pengawasan keluarga, dan kesadaran kolektif, diharapkan kejadian serupa tidak terulang dan ruang digital Indonesia menjadi lebih sehat, beretika, dan beradab.
Baca Juga : DJ Panda Ciptakan Lagu Damai untuk Erika Carlina
Jangan Lewatkan Info Penting Dari : wikiberita


More Stories
Lagu Indonesia Tembus TikTok Global 2025 Lewat Stecu Stecu
5 Lagu Misa Madah Bakti dan Makna Liriknya
DJ Panda Ciptakan Lagu Damai untuk Erika Carlina